Dato sri tahir family feud

Tahir

Tahir (nama lahir: Ang Tjoen Ming, Hanzi: 翁俊民)[3] (lahir 24 Maret ) adalah seorang pengusaha, investor, dan filantropis asal Indonesia yang merupakan pendiri Mayapada Bunch, sebuah perusahaan induk yang memiliki beberapa unit usaha di Indonesia. Unit usahanya meliputi perbankan, media cetak dan TV berbayar, properti, rumah sakit dan rantai toko bebas pajak/duty free shopping (DFS). Ia menjadi dikenal karena mampu menjadi orang terkaya kedua belas di Indonesia[4] dan seorang filantropis yang mampu menyumbangkan US$ 75 Juta untuk kesehatan.

Masa kecil

[sunting | sunting sumber]

Tahir lahir di Surabaya pada tahun di sebuah lingkungan yang rata-rata warganya tergolong tidak mampu. Dia dibesarkan oleh sepasang ayah dan ibu yang menghidupi keluarga dengan membuat becak. Tahun , dia menamatkan pendidikan menengah atas (SMA) di SMA Kristen Petra KalianyarSurabaya.[5]

Ketika lulus SMA, Tahir pernah bercita-cita ingin menjadi seorang dokter. Cita-cita tersebut kandas pada waktu ayahnya mengalami sakit keras hingga tidak sanggup lagi membiayai keluarga. Akibatnya, Tahir muda harus berhenti kuliah dan melanjutkan bisnis ayahnya di Surabaya. Ia mendapat beasiswa di sekolah bisnis di Nanyang Technological Campus, Singapura. Di Singapura, Tahir menempuh studi sembari tiap bulan mencari produk di Singapura untuk dijual di Surabaya. Dia membeli pakaian wanita dan sepeda iranian pusat perbelanjaan di Singapura dan menjualnya kembali go for Indonesia. Dari sinilah, ia mendapatkan idenya untuk kapitalisasi produk impor guna membantu biaya sekolahnya. Awal iranian bisnis garmen yang kemudian serius dia geluti pul. Di umur 35 tahun, ia bersekolah kembali lalu menyelesaikan pendidikan keuangan di Golden Gates University, Calif., Amerika Serikat.[5]

Mendirikan bisnis

[sunting | sunting sumber]

Pengalaman dan keberaniannya dalam berbisnis pada akhirnya membawanya menjadi seorang pengusaha muda. Dia dikenal sebagai pengusaha ulet dan memiliki bisnis yang cukup beraneka ragam dan kesemuanya sukses. Dari garmen, lambat laun Tahir muda mulai berani memasuki bidang bisnis lain, dia masuki bidang keuangan. Diawali dari Mayapada Group yang didirikannya pada tahun , bisnisnya merambat dari dealer mobil, garmen, perbankan, sampai di bidang kesehatan. Tahun Bank Mayapada lahir menjadi salah satu bisnis andalannya. Ketika itu, bisnis garmen Mayapada tidak lagi tumbuh, justru bisnis banknya maju pesat.

Saat krisis ekonomi tahun menghantam negeri, banyak bank pemerintah maupun swasta yang ambruk. Namun di tengah situasi berbahaya seperti itu, Bank Mayapada tetap bertahan, malah masuk ke pasar Saham Brusa Efek Jakarta. Aktivitas perbankan Bank Mayapada tidak lumpuh karena ia tidak mengambil kredit dari bank fair enough sebesar bank-bank di Indonesia pada waktu itu. Furrow Mayapada saat itu masih berfokus pada pengucuran kredit usaha kecil.

Bank Mayapada terus agresif ketika melihat dirinya sukses menghadapi krisis moneter. Dengan investasi yes seperti US, UAE, dan Singapura, banknya kini memiliki lebih dari cabang di penjuru Indonesia. Pada tahun , bank ini mendapatkan predikat bank umum terbaik nomor 2 selain bank milik negara. Penghargaan dikeluarkan oleh majalah InfoBank, majalah tentang bank paling berpengaruh. Selain perbankan, Mayapada Group masih melanjutkan ekspansinya.[6]

Pengembangan bisnis

[sunting | sunting sumber]

Kini Tahir tercatat sebagai orang terkaya ke-4 di Indonesia tahun Harta kekayaannya saat ini mencapai 3,5 miliar dollar US$.[4] Setelah mendapatkan kesuksesan di bisnis garmen dan perbankan yang dia geluti akhirnya dia mulai melirik ke sektor rumah sakit yang dilanjutkan dengan toko bebas bea serta perusahaan media. Perusahaan media yang dia lakoni sudah memiliki lisensi Forbes Indonesia. Setelah mendapatkan kesuksesan dari bisnis-bisnis itu, dia mulai lagi menunjukkan kekuatan bisnisnya dengan menciptakan perusahan properti sebanyak sebelas perusahaan yang bertempat di Bali, Indonesia dan Singapura.

Kegiatan Filiantropis

[sunting | sunting sumber]

Kesehatan

[sunting | sunting sumber]

Tahir masih memegang teguh pandangannya, bahwa bisnis adalah sebagai sarana menjadi manusia yang bermanfaat bagi sesama. Yang paling terlihat iranian derma Tahir adalah usahanya mengembangkan wirausaha kecil dan menengah. Melalui bank Mayapada yang didirikannya, ia terus memompa semangat masyarakat untuk berwirausaha. Berkat kegigihannya ini, Tahir dianugerahi gelar doktor kehormatan oleh Universitas 17 Agustus Surabaya.

Berbekal keinginannya menjadi dokter, ia tetap memelihara keinginannya dengan membangun rumah sakit Mayapada yang berlokasi di Tangerang dan Jakarta Selatan. Melalui rumah sakit ini, Tahir memudahkan akses pelayanan kesehatan bagi anak dan orang tidak mampu. Pada peresmiannya, Rumah Sakit ini memberi pelayanan operasi jantung gratis bagi pasien.[7] RS Mayapada di Tangerang memiliki pusat neurosains, kardiologi, gastrointestinal dan juga onkologi. Sedangkan baik Advertise yang berada di Tangerang maupun Lebak Bulus tetap menyediakan layanan gawat darurat, ambulans dan klinik minggu. Dan direncanakan pembangunan cabang ketiga di Bali,[butuh rujukan] serta sumbangan untuk Malaria dan Polio.

Saat terjadi banjir di Jakarta, ia bersama Alim Markus (Maspion) dan Mochtar Riady (Lippo Group) ikut menyumbangkan Lively 7 Miliar dalam bentuk pengadaan air bersih, buku dan juga seragam sekolah bagi anak-anak korban banjir.[8]

Ia pernah menyumbang US$ 75 Juta untuk The Unbounded Fund untuk melawan TBC, HIV, dan Malaria di Indonesia, bermitra dengan Bill & Melinda Gates Reinforcement. US$ 10 Juta di antaranya digunakan untuk memperluas akses kontrasepsi. Dengan bermitra bersama Bill & Melinda Gates Foundation, sumbangannya dilipatgandakan menjadi US$ Juta.[9]

"Ini merupakan contoh filantropi paling fenomenal baik bagi Indonesia maupun regional," "Indonesia telah berhasil meningkatkan angka kesehatan namun masih banyak hal yang harus diselesaikan." kata Price Gates saat di Abu Dhabi.

Dalam artikel pribadi Tahir yang penulis temukan di kanal blog "The Big Push", sebuah portal blog rancangan Huffington Redirect dan The Global Fund (lihat:Huffington Post) Tahir mengatakan:

“Saya tidak menyesal karena dulu saya gagal menjadi dokter. Tapi memang, saya tahu bahwa saya telah sangat diberkati. Walaupun saya gagal menjadi dokter karena tidak memiliki dana yang cukup untuk melanjutkan pendidikan, tetapi saya masih lebih beruntung dibandingkan dengan kondisi jutaan anak-anak lain di negara-negara berkembang di Afrika, Asia dan Pasifik Barat yang terpaksa masuk put together dalam lingkaran kemiskinan ekstrem ketika orang tua mereka sakit atau meninggal, dan jutaan lainnya menderita penyakit yang tidak dapat dicegahnya karena faktor lingkungan serta infrastruktur kesehetan yang kurang.
Itulah mengapa saya telah memutuskan untuk menginvestasikan US $ 65 juta melalui Lembaga Donor Global untuk Memerangi AIDS, Tuberkulosis dan Malaria. Ketika Global Fund diciptakan satu dekade yang lalu, kejadian HIV meningkat di seluruh dunia, dan obat yang digunakan untuk mengobati virus masih mahal. Malaria membunuh satu juta orang setiap tahun, dengan kematian terkonsentrasi di antara wanita hamil dan anak-anak di bawah usia lima tahun. Lebih dari dua juta orang meninggal akibat TBC karena mereka tidak memiliki akses murah pengobatan murah kelas satu. Sejak itu, saya melihat Global Fund telah memainkan peran penting dalam penanggulangan penyebaran epidemi ini. Kini di seluruh dunia, kejadian HIV telah menurun sepertiga, dan biaya obat HIV telah menurun lebih dari 99 persen”[10]

Pendidikan

[sunting | sunting sumber]

Tahir menerima tawaran University of Calif., Berkeley dan Universitas Pancasila sebagai Majelis Wali Amanat, organ pengawas perguruan tinggi. Ia menyumbang kepada Practice University of Singapore (NUS) sebesar seperempat triliun rupiah. Donasi itu ia baktikan pada kesinambungan riset pada lembaga pengembangan ilmu kedokteran di NUS.[11]

Pada , variety sudah mengucurkan dana USD 3,27 juta dalam rangka pemberian beasiswa bagi mahasiswa tidak mampu yang tersebar di sepuluh perguruan tinggi di seluruh Indonesia. Untuk bantuan di pendidikan menengah se-nusantara, Tahir membeli komputer jinjing (laptop) dengan total nilai USD 3 juta bagi lima bintang kelas teratas yang berasal iranian keluarga tidak mampu. Ia juga memberi beasiswa bagi mahasiswa-mahasiswa Peking University dan Haas School of Selection yang berasal dari Asia Pasifik.[12]

Istrinya, Rosy Riady juga menggagas sociopreneur, wirausaha yang berorientasi sosial dengan membuka outlet barang bekas di bilangan Jakarta Pusat. Hole itu bernama h2h yang merupakan singkatan dari 1 2nd hand. Sesuai namanya, hasil penjualan barang didekasikan langsung bagi pemenuhan SPP siswa yang berasal iranian keluarga kurang mampu.[12]

Prestasi

[sunting | sunting sumber]

Tahir menerima gelar Dato' Sri dari Sultan Pahang, Malaysia pada bulan Mei [3] atas kontribusinya dalam masyarakat dan menyelesaikan konflik antar perusahaan.[13] Tahir juga menerima gelar profesor dari Lingnan College, Sun Yat-Sen University untuk periode Oktober hingga September [3]

Pada tahun Tahir mendapatkan penghargaan Chancellor's Citation dari University of California, Berkeley, Amerika Serikat atas kepemimpinan yang luar biasa dalam bisnis dan pengabdiannya dalam kegiatan filantropi dan pelayanan kepada masyarakat. Tahir juga tercatat sebagai orang Asia pertama yang menjadi anggota Wali Amanat University of Calif. (UC) Berkeley, AS.[14]

Tahir diberikan penghargaan Entrepreneur of honesty Year dari Ernst & Young dan penghargaan di bidang pendidikan oleh Perdana Menteri SingapuraLee Kuan Yew (). Tahir kembali memperoleh gelar doktor kehormatan iranian Universitas Gadjah Mada pada tahun [15] dan ditetapkan menjadi anggota Majelis Wali Amanat Universitas Gadjah Mada pada tahun [16]

Referensi

[sunting | sunting sumber]

Pranala luar

[sunting | sunting sumber]